🦠Pertanyaan Tentang Asas Asas Pendidikan
menjadihak asasi manusia dengan segala perangkat hak lain untuk mendapatkan pendidikan dan kesehatan. Hak Atas Kesehatan Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkin setiap orang produktif secara ekonomis (Ps. 1 point (1) UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Karena itu
LegalitasAdalah. Adalah.Co.Id – Asas legalitas adalah jaminan mendasar kebebasan individu dengan membatasi aktivitas mana
Tentangapa sebabnya maka terjadi gejala rendahnya pengertian dan kesadaran akan hak asasi itu, tentu bermacam-macam namun hasil pengamatan, nampak bahwa pengertian tentang hak-hak asasi dan kesadarannya pada masyarakat tidak selalu sejajar atau berkorelasi positif dengan tingkat pendidikan formal orang yang bersangkutan.
Berlakunyahukum pidana menurut asas personaliteit adalah bergabung atau mengikuti subjek hukum atau orangnya ,yakni warga Negara dimanapun keberadaannya. Asas terdapat dalam pasal 5 dan diatur lebih lanjut dalam pasal 6, 7,dan 8. Pasal 5 Merumuskan sebagai berikut : (1) Ketentuan pidana dalam perundang – undangan Indonesia berlaku
11 Asas alih tangan. B. Prinsip-Prinsip Konseling Lintas Budaya. Sebgai gerakan keempat dalam konseling yang relatif masih baru, maka prinsip-prinsip konseling lintas budaya banyak yang bersifat hipotesis, berupa pemikiran, dan masih terus berkembang. Dragum (1996) mencatat sejumlah kesepakatan dari para prfaktisi,peneliti, dan ahli-ahli teori
SoalUN Sosiologi 2018 Dan Kunci Jawaban. Contoh Soal Perwakilan Diplomatik. Soal UAS PKN Kelas 12 Semester 1 Kurikulum 2013. Uji Kompetensi 4.1 PKN Kelas 7 Brainly. Uji Kompetensi 4.2 PKN Kelas 7. Demikianlah ulasan dari Soal PKN Tentang Naturalisasi, semoga bisa bermanfaat.
Kesenjangantentang pelaksanaan Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dapat dilihat dalam buku Siswa terbitan kementerian dan kebudayaan RI 2014 PPKn dengan kehidupan atau kasus yang telah terjadi di masyarakat. Kesenjangan Harapan-Kenyataan tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 1.
PiagamHak-Hak Asasi Manusia dan Hak-bak serta Kewajiban Warga Negara" dengan Pemhahas Utama I: H.J.C. Princen dan Pemhabas Utama II Harjono Tjitrosuhono,S.H. dan Ketua Sidang : Djamalauddin D1. Singo Mangkuto, S.H. 4 Kesimpulan sidang I
Petunjukpetunjuk : 1) Tentukan tujuan apa yang hendak dicapai dengan film itu. 2) Kalau dapat lihatlah film itu lebih dahulu supaya mengetahui isinnya. 3) Adakah diskusi sebelum mempertunjukan film untuk menentukan apa-apa yang harus diperlihatkan, masalah-masalah apa yang akan dijawab oleh film itu.
KRHlYl5. 100% found this document useful 2 votes7K views22 pagesDescriptionMenjelaskan tentang asas-asas pendidikan yang berlaku di Indonesia, dalam mata kuliah pengantar Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsPDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 2 votes7K views22 pagesAsas - Asas PendidikanDescriptionMenjelaskan tentang asas-asas pendidikan yang berlaku di Indonesia, dalam mata kuliah pengantar descriptionJump to Page You are on page 1of 22 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 11 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 15 to 20 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
author/editor Edi Elisa / kategori Wawasan Kependidikan / tanggal diterbitkan 20 Juni 2021 / dikunjungi kali Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan nasional. Asas-asas tersebut bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah perkembangan Pendidikan di Indonesia. Diantara asas tersebut, ada tiga asas yang diuraikan secara mendetail, yaitu; Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam belajar. Ketiga asas itu dianggap sangat relevan dengan upaya pembinaan dan pengembangan pendidikan nasional, baik masa kini maupun masa datang. Oleh karena itu, setiap tenaga kependidikan harus memahami dengan tepat ketiga asas tersebut agar dapat menerapkannya dengan semestinya dalam penyeleenggaraan pendidikan Asas Tut Wuri HandayaniTirtaraharja dan La Sulo Kadir dan dkk, 2012 112 menyatakan asas tut wuri handayani pada awalnya merupakan salah satu dari “Asas 1922”, yakni tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman Siswa yang didirikan pada 3 Juli 1922. Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sistem pamong dan perguruan asas itu. Asas ataupun semboyan tut wuri handayani yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara mendapat tanggapan positif dari Drs. R. M. PSastrokartono dengan menambah dua semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa. Ketiganya semboyan tersebut telah menjadi satu kesatuan asas, yakniIng ngarsa sung tulada jika di depan, menjadi contohIng madya mangun karsa jika ditengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat atau motivasi, danTut wuri handayani Jika dibelakang, mengikuti dengan awas.Asas tut wuri handayani merupakan konseptualisasi konsep tujuh Asas Perguruan Nasional Taman Siswa yang lahir pada tanggal 3 Juli 1922 yang merupakan asas perjuangan untuk menghadapi Pemerintah Kolonial Belanda. Ketujuh asas tersebut secara singkat disebut “Asas 1992” adalah sebagai berikutBahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat persatuan dalam peri kehidupan pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah, yang lahir dan batin dapat memerdekan pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun batin hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apa pun dari siapa pun yang mengikat baik berupa ikatan lahir maupu ikatan sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dalam mendidik anak-anak perlu adanya keihklasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan prbadi demi keselamatan dan kebahagiaan ini pulalah yang mendorong Taman Siswa untuk mengganti sistem pendidikan cara lama yang menggunakan perintah, paksaan dan hukuman sistem khas Taman Siswa yang didasarkan pada perkembangan kodrati. Dari asas ini pulalah lahir “Sistem Among” dimana guru memperoleh sebutan “pamong”, yaitu sebagai pemimpin yang berdiri di belakang sengan semboyan tut wuri handayani, yaitu tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan anak didik untuk berjalan sendiri dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa. Jadi, “Sistem Among” adalah cara pendidikan yang dipakai dalam sistem Taman Siswa dengan maksud mewajibkan pada guru supaya mengingatkan kodrat-idradatnya pada siswa dengan tidak melupakan segala keadaan yang Asas Belajar Sepanjang HayatAsas belajar sepanjang hayat life long learning merupakan sudut pandang dari sisi lain dari pendidikan seumur hidup life long education. Dalam latar pendidikan seumur hidup, prosese pembelajaran di sekolah seyogianya mengemban tugas sekurang-kurangnya dua misi, yakni membelajarkan peseta didik dengan efisien dan efektif dan serentak dengan meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis dan belajar sepanjang hayat. Ditinjau dari pendidikan sekolah, masalahnya adalah bagaimana mernacang dan mengimplementasikan suatu program belajar-mengajar sehingga mendorong terwujudnya belajar sepanjang hayat. Dengan kata lain, terbentuk manusia dan masyarakat yang mau dan mampu terus menerus belajar. Kurikulum yang dapat mendukung terwujudnya belajar sepanjang hayat harus dirancang dan dimplementasi dengan memerhatikan dua dimensi sebagai berikut Kadir, dkk. 201214Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah yang meliputi keterkaitan antara kurikulum dengan masa depan peserta didik, termasuk relevansi bahan ajar dengan masa depan dan pengintegrasian maslaah kehidupan nyata ke dalam kurikulum. Kurikulum dan perubahan sosial kebudayaan, kurikulum seyogianya memungkinkan antisipasi terhadap perubahan sosial kebudayaan. The forecasting curriculum, yakni perancangan kurikulum berdasarkan suatu pronosis, baik tentang perilaku peserta didik pada saat menamatkan sekolahnya, pada saat ia hidup dalam sistem yang telah berubah di masa depan. Keterpaduan bahan ajar dan pengorganisasiaan yang sedang dipelajari dengan penguasaan kerangka dasar untuk memperoleh keterpaduan ide bidang studi. Penyiapan untuk memikul tanggung jawab, baik tentang dirinya sendiri maupun bidang sosial/pekerjaan, agar kelak dapat membangun dirinya sendiri dan bersama-sama membangun masyarakatnya. Pengintegrasian dengan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik, yakni pengalaman di keluarga untuk pendidikan dasar dan demikian seterusnya. Untuk mempertahankan motivasi belajar secara permanen, peserta didik harus melihat kemanfaatan yang akan didapatnya dengan tetap mengikuti pendidikan itu, seperti kesempatan yang terbuka baginya, mobilitas pekerjaan, pengembangan kepribadiannya, dan horizontal dari kurikulum sekolah, yakni keterkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah, yaitu kurikulum sekolah merefleksi kehidupan di luar sekolah; kehidupan di luar sekolah menjadi objek refleksi teoretis di dalam bahan ajaran di sekolah, sehingga peserta didik lebih memahami persoalan pokok yang terdapat di luar sekolah dijadikan tempat empiris, sehingga kegiatan belajar mengajar terjadi di dalam dan di luar sekolah. Melibatkan orangtua dan masyarakat dalam proses belajar mengajar terjadi dalam kegiatan belajar mengajar, baik sebagai narasumber dalam kegiatan belajar di sekolah maupun dalam kegiatan belajar di luar dan implementasi kurikulum yang memerhatikan kedua dimensi itu akan mendekatkan peserta didik dengan sumbe belajar yang ada disekitarnya. Kemampuan dan kemauan menggunakan sumber belajar yang tersedia itu memberi peluang terwujudnya belajar sepanjang hayat. Dan masyarakatnya yang memiliki semangat belajar sepanjang hayat akan menjadi suatu masyarakat yang gemar belajar learning society.3. Asas Kemandirian dalam Belajar Asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung berkaitan dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan peserta didik untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru, dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator di samping peran-peran lain seperti informator, organisator, dan sebagainya. Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar, sehingga memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Di sisi lain sebagai motivator, mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber kemandirian dalam belajar seyogianya dimulai dalam kegiatan intrakurikuler selanjutnya dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler dalam bentuk kegiatan terstruktur dan mandiri.
Saudara, telah kita ketahui bersama, bahwa mengembangkan kurikulum bukan sesuatu yang mudah dan sederhana karena banyak hal yang harus dipertimbangkan serta banyak pertanyaan yang harus dapat dijawab terlebih dahulu. Oleh karena itu, sebelum berbicara lebih lanjut tentang asas-asas pengembangan kurikulum, jawablah beberapa pertanyaan dalam latihan berikut ini. Latihan 2 1. Apakah yang ingin dicapai melalui pendidikan? Manusia yang bagaimana yang diharapkan akan dibentuk? 2. Dalam menentukan isi kurikulum, yang diutamakan apakah kebutuhan anak pada saat sekarang atau pada masa mendatang? 3. Dalam menentukan isi kurikulum, apakah hakikat anak harus dipertimbang-kan, ataukah anak diperlakukan sebagai orang dewasa? 2 - 16 Unit 2 Apakah kebutuhan anak itu? Apakah harus dipentingkan anak sebagai individu atau sebagai anggota kelompok? 4. Apakah yang harus dipentingkan mengajarkan kejujuran atau memberikan pendidikan umum? 5. Apakah pelajaran sebaiknya didasarkan atas disiplin ilmu ataukah dipusatkan pada masalah sosial dan pribadi? Menurut Nasution 1995, semua pertanyaan itu menyangkut asas-asas yang mendasari setiap kurikulum. Ada empat asas yang mendasari pengembangan setiap kurikulum, yaitu 1 asas filosofis, yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan falsafah negara, 2 asas psikologis, yang berkaitan dengan faktor anak dalam kurikulum yakni . psikologi anak, perkembangan anak, psikologi belajar, dan proses belajar anak, 3 asas sosiologis, yaitu kedaan masyarakat, perkembangan dan perubahan-nya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan lain-lain, serta 4 asas organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan. 1. Asas filosofis Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”, yang ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut negara, juga guru, orang tua, masyarakat, dan bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, bahan pelajaran, cara mengajar, dan cara menilai. Pendidikan di negara otokratis akan berbeda dengan negara yang demokratis, pendidikan di negara yang menganut agama Budha akan berlainan dengan pendidikan di negara yang memeluk agama Islam atau Kristen. Kurikulum tak dapat tiada mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat bangsa dan negara, terutama dalam nenentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal. 2. Asas psikologis 1 Psikologi anak Sekolah didirikan untuk kepentinagn anak, yakni menciptakan situasi-situasi dimana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakat dan potensinya. Selama berabad-abad anak lebih dipandang sebagai orang dewasa kecil. Baru setelah Rousseau anak itu dikenal sebagai anak, dan dilakukan penelitian ilmiah untuk lebih mengenalnya. Sejak permulaan abad ke-20, anak kian mendapat perhatian sebagai salah satu asas dalam pengembangan kurikulum. Timbullah aliran yang disebut progresif. Kurikulum yang sangat berorientasi pada minat dan Pengembangan Kurikulum SD 2 - 17 perkembangan anak disebut “Child Centered Curriculum”. Kurikulum ini merupakan reaksi terhadap kurikulum yang ditentukan oleh orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan dan minat anak. Gerakan ini menarik perhatian para pendidik, khususnya para pengembang kurikulum, untuk selalu menempatkan anak sebagai salah satu pokok pemikiran. 2 Psikologi belajar Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik, dapat dipengaruhi perilakunya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma, dan dapat menguasai sejumlah keterampilan. Persoalannya, bagaimana anak itu belajar? Kalau kita memahami dengan baik, bagaimana proses belajar anak itu berlangsung, serta dalam keadaan yang bagaimana belajar itu memberi hasil yang sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan cara yang lebih efektif. Pertanyaan tersebut melahirnya berbagai teori belajar, yang antara satu teori dengan teori lainnya berbeda-beda bahkan bertentangan. Masing-masing teori itu memiliki kebenarannya sendiri-sendiri, kendati hampir umumnya teori itu tidak dapat secara lengkap memberikan gambaran tentang keseluruhan proses belajar itu. c. Asas sosiologis Anak tidak hidup sendiri, terisolasi dari manusia lainnya. Ia hidup dalam suatu masyarakat . Disitu ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilaksanakannya dengan penuh tanggung jawab, baik sebagai anak, maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus menyumbangkan baktinya bagi kemajuan masyarakat. Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang tak dapat tiada harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu dinyatakan dalam perilakunya. Tiap masyarakat memiliki anutan corak nilai yang berlainan. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaannya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum, di samping perubahan yang terjadi di masyarakat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab masyarakat suatu faktor yang begitu penting dalam pengembangan kurikulum, maka masyarakat dijadikan salah satu asas. Betapa pun pentingnya saz ini, tetapi penerapannya dalam pengembangan kurikulum harus dijaga agar tidak mendomi-nasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau” Society Centered Curriculum”. 2 - 18 Unit 2 d. Asas organisatoris Persoalan yang terkait dengan asa ini ialah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan? Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah sebagaimana dianut oleh Ilmu Jiwa Asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-bagiannya sehingga cenderung memilih kurikulum yang bersifat subject-centered atau yang berpusat pada mata pelajaran? Apakah pelajaran-pelajaran yang serumpun dikemas dalam suatu mata pelajaran-pelajaran tertentu broad-field seperti IPA dan IPS? Apakah pelbagai pelajaran itu akan dilebur sehingga menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran? Ilmu Jiwa Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan karena akan memberikan makna yang lebih relevan bagi kebutuhan anak dan masyarakat. Aliran psikologi ini lebih cenderung memilih kurikulum terpadu atau integrated curriculum. Perlu didingatkan kembali bahwa pilihan mana pun yang digunakan dalam mengorganisasikan kurikulum tidaklah berkaitan dengan soal baik dan buruk. Setiap organisasi kurikulum mempunyai kebaikan dan sekaligus kekurangan ditinjau dari segi-segi tertentu. Selain itu, bermacam-macam organisasi kurikulum dapat dijalankan secara bersama di satu sekolah, bahkan yang satu dapat membantu atau meleng kapi yang lainnya. Lalu, pengorganisasian kurikulum mana yang harus dipilih? Pengembangan kurikulum selalu dihadapkan pada pilihan atau curriculum is a matter of choice. Selalu ada kompromi, misalnya antara anggota pengembang kurikulum. Pilihan itu akan sangat dipengaruhi oleh pendirian atau sikap seseorang tentang pendidikan. Pada umumnya dapat dibedakan dua pendirian utama, yakni yang tradisional dan yang progresif. Rangkuman Kurikulum bukanlah sesuatu yang statis. Kurikulum disusun agar dunia pendidikan dapat memenuhi tuntutan yang terus berkembang dalam masyarakat. Jika masyarakatnya berubah, kurikulumnya juga harus disesuaikan. Jika tidak, maka sistem pendidikan formal yang ada akan ditinggalkan oleh masyarakat penggunanya. Pengembangan suatu kurikulum perlu dilakukan karena sesuai dengan beberapa peran yang diembannya, yaitu peran konservatif, peran kritis dan evaluatif, dan peran kreatif. Dalam mengembangkan kurikulum ada sejumlah asas yang harus dipegang teguh yaitu 1 asas filosofis yang berkenaan dengan tujuan Pengembangan Kurikulum SD 2 - 19 pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara, 2 asas sosiologis, yaitu kedaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupapengetajuan, dan lain-lain, 3 asas psikologis yang memperhitungkan factor anak dalam kurikulum yakni psilkologi anak atau perkembangan anak dan psikologi belajar yang mengkaji bagaimana proses belajar anak; serta 4 asas organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan Tes Formatif 1 Jawablah beberapa pertanyaan berikut ini 1. Menurut Anda, apa yang mendorong perlunya perubahan dan pengembangan suatu kurikulum? 2. Berikan satu contoh budaya atau adat yang berkembang dalam masyarakat yang perlu dilestarikan dan satu contoh adat dalam masyarakat Indonesia yang tidak perlu untuk dilestarikan! 3. Apakah semua anak harus mengikuti pelajaran yang sama ataukah ia diizinkan memilih pelajaran sesuai dengan minatnya? 4. Berdasarkan asas filosofis, apa bedanya antara kurikulum pendidikan yang ada di Amerika dengan kurikulum yang ada di Indonesia?
pertanyaan tentang asas asas pendidikan