🌫️ Kh Marzuki Bin Mirshod
03KH MARZUKI MUSTAMAR_Kitab Al-Muqtathafat Li Ahli Bidayat: 04 240711_kh. marzuki pengajian di pasuruan_bab ziarah dan tawasul: 05 kh marzuki mustamar_pengajian ponpes tambak beras_perkumpulan kurang sopan: 06 kh mmarzuki maulid nabi poltek malang 160212: 07 Kh Marzuki_Allah Penolong kita Masjid Jami' 08 penjelasan wirid keras dan pelan
LOYALITASSANTRI (TEAMWORK) TERHADAP KEPEMIMPINAN KIAI DALAM MANAJEMEN PESANTREN. Muhammad, Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghozali. Tt. Ihyau Al-‘Ulumuddin. Bairut: Daru Al-Fikr. Wahid, Marzuki. Februari 2000. “Pondok Pesantren dan Penguatan Civil.
SedikitUlasan tentang Guru KH. Marzuqi bin Mirshod oleh Ust. H. Abdullah, S.AgPada Acara Rangkaian Ziarah Makam Para Wali Jabotabek dipimpin oleh Ust. H. Ab
Penulismengaji kitab Nihayatuz Zain dihadapan KH. Ahmad Idris Marzuki pada bulan Ramadlan, tepatnya mulai hari Rabu tanggal 1 Ramadlan 1418 H bertepatan dengan 31 Desember 1997 M. Tidak terdapat catatan kapan pembacaan kitab tersebut dikhatamkan. KH. Ahmad Idris Marzuki dari Syekh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadani dari Syekh
InspirasiKeteladanan KH. Marzuki bin Mirshod Peran perjuangan KH. Marzuki bin Mirsod Cipinang Muara atau Guru Marzuki tidak bisa dilepaskan dari
Sosokalmarhum KH Ahmad Lutfi dikenal sebagai pakar dan ahli hadits yang mumpuni. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyebut cucu guru Mughni tersebut merupakan ahli hadits yang berwawasan luas. BACA JUGA: KH Lutfi Fathulah Wafat, Anies : Ahli Hadis yang Wawasannya Luas. "Cucu guru Mughni yaitu KH Lutfi bin Fathullah bin Abdul
Halini disampaikan Kiai Marzuki dalam tayangan YouTube NU Channel berjudul Adat dan Larangan di Bulan Asyura pada Senin (11/7/2022). Menurut Kiai Marzuki, larangan itu dalam rangka menghormati keluarga Rasulullah saw yang berduka. “Dilarangnya menggelar pesta atau acara besar pada bulan Asyura adalah bagian dari adab kita terhadap habaib.
KH Habib Syarief Muhammad Al-Adyrus beliau adalah ulama Nahdlatul Ulama dan pengasuh pesantren Assalaam Bandung. Biografi Guru Marzuki bin Mirshod. Pesantren Tegalsari Yogyakarta. Biografi KH. Reza Ahmad Zahid (Gus Reza) Pesantren Asyrofudin Sumedang. Biografi KH. Ali Shodiq Umman.
TikTokvideo from 555feb (@febbrian_126): "#tiktok #kabar_duka😭 #telah pulang ke rahmatullah abuya KH drs burhanuddin Marzuki bin Kh Marzuki semoga diterima amal dan ibadah nya amin". suara asli - KP • Zero:).
EqUeyXD. PROFIL GURU MARZUKI BIN MIRSHODBEKASI, bksOL - Bermula mencari tahu tentang siapakah bacaleg Golkar untuk Provinsi Jabar dapil Kota Bekasi dan Kota Depok, H. Zainul Miftah. Lalu berlanjut dirinya menceritakan tentang keluarganya dan juga kakeknya, yang jadi idola serta guru spiritualnya, Guru H. Marzuki bin Zainul Miftah, cucu Guru Marzuki bin Mirshod, pendiri NU untuk orang masalah pemberian nama dirinya, sang bacaleg Golkar untuk Provinsi Jabar dan juga kandidat cawalkot Bekasi di pemilu 2024 ini mengatakan bahwa namanya adalah pemberian dari neneknya yang juga istri Marzuki bin Mirshod."Nama saya Zainul Miftah dikasih Nenek Guru Besar Perempuan Almarhumah Hj Hasanah Istri dari Kakek Almarhum KH. Ahmad Marzuki bin Mirshod," ceramahnya sebagai mubaligh menurun dari sang kakek pendiri NU di Kota Jakarta bagi orang Betawi, KH. Marzuki bin Mirshod Foto PrivCollMengetahui hal tersebut maka bksOL tertarik untuk menelusuri silsilah kakeknya tersebut dan ternyata inilah yang Guru KH. Marzuki?KELAHIRANAs-syekh Ahmad Marzuqi bin Ahmad Mirshod bin Hasnum bin Ahmad Mirshod bin Hasnum bin Khotib Sa’ad bin Abdurrohman bin Sulthon atau yang kerap disapa akrab dengan Guru Marzuki bin Mirshod lahir pada malam Ahad waktu Isya tanggal 16 Romadhon 1293 H di Rawabangke Rawa Bunga Jatinegara Batavia Jakarta Timur.Bahkan kepiawaiannya berjamaah dalam organisasi menurun dari kakeknya, KH. Marzuki bin Mirshod, ulama Betawi pertama yang mendirikan NU di usia 9 tahun ayahanda berpulang ke Rohmatulloh dan diasuh oleh ibunda tercinta yang sholehah dan taqwa dalam suatu kehidupan rumah tangga yang sangat beliau dimakamkan setelah Salat Ashar yang dihadiri oleh para ulama dan ribuan Marzuki kecil, ia memulai pendidikannya dengan belajar di bawah KH. Anwar. Ia mempelajari Alquran dan berbagai disiplin ilmu agama Islam berusia 16 tahun, beliau melanjutkan pendidikannya untuk belajar di bawah bimbingan Habib Utsman bin Muhammad berguru kepada Habib Utsman, sang Habib melihat kegeniusannya serta ingatan yang tajam dalam menghafal, yang dimiliki oleh Guru Marzuki bin Mirshod, sehingga membuat sang Habib ingin mengarahkan Guru Marzuki untuk melanjutkan pendidikanya di Mekkah dan dapat belajar kepada para ulama besar di H. Zainul Miftah hingga dekat dengan Akbar Tanjung memang bakat menurun dari sang kakek Marzuki bin Mirshod yang punya jaringan luas hingga NU Jawa TimurSetelah 7 tahun beliau belajar di Mekkah, kemudian datang sepucuk surat dari Habib Utsman yang meminta agar Guru Marzuki bin Mirshod dapat kembali ke Jakarta, maka pada tahun 1332 H atas pertimbangan dan persetujuan guru-gurunya di Mekkah beliau kembali pulang ke Jakarta, dengan tugas menggantikan Habib Utsman dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada Guru Marzuki bin Mirshod diantaranya adalah As-Syaikh Usman SarawakAs-Syaikh Muhammad Ali Al-MalikiAs-Syaikh Muhammad Amin Sayid Ahmad RidwanAs-Syaikh Hasbulloh Al-MishroAs-Syaikh Umar SumbawaAs-Syaikh Muhammad Umar SyathoAs-Shaikh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan Mufti Makkah Komika bahas penanganan covid19Lihat juga Video Standup Comedy buat Capres paling Ngetop SeJateng & SeJatim MURID DAN PARA SISWAMurid-murid yang dididiknya kemudian banyak yang menjadi ulama Betawi terkemuka. Dalam sebuah catatan menyebutkan ada sekitar 41 ulama Betawi terkemuka bahkan lebih. Di antaranya adalahMu'allim Thabrani Paseban kakek dari KH. Maulana Kamal YusufKH. Abdullah Syafi'i pendiri perguruan Ash-Syafi'iyyahKH. Thohir Rohili pendiri perguruan Ath-ThahiriyyahKH. Noer Alie pahlawan nasional, pendiri perguruan At-Taqwa, BekasiKH. Achmad Mursyidi pendiri perguruan Al-FalahKH. Hasbiyallah Pendiri perguruan Al-WathoniyahKH. Ahmad Zayadi Muhajir pendiri perguruan Az-ZiyadahGuru Asmat CakungKH. Mahmud pendiri Yayasan Perguruan Islam Almamur/Yapima, BekasiKH. Muchtar Thabrani pendiri YPI Annuur, BekasiKH. Chalid Damat pendiri perguruan Al-KhalidiyahKH. Ali Syibromalisi pendiri perguruan Darussa’adah dan mantan ketua Yayasan Baitul Mughni, Kuningan, Jakarta.PENDIRI NAHDLATUL ULAMA NU DI BETAWIBerdirinya organisasi Islam Nahdlatul Ulama NU di tanah Betawi memiliki kisah yang unik. Kisah tersebut diceritakan dari KH. Saifuddin Amsir bahwa ketika Guru Marzuki bin Mirshod Cipinang Muara diminta untuk mendirikan NU di Jakarta di tanah Betawi, beliau tidak langsung menerima permintaan tersebut, akan tetapi ada satu syarat yang harus Marzuki bin Mirshod memberikan syarat, jika para santri perempuan di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, yang dipimpin Hadhratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari tidak menutup auratnya secara benar, sesuai syariat, ia menolak pendirian dan kehadiran NU di tanah kemudian mengutus orang kepercayaannya ke Tebuireng untuk melihatnya secara hasil pengamatan orang kepercayaannya ini ia mendapatkan informasi bahwa para perempuan dan santri perempuan di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, menutup auratnya dengan benar, sesuai informasi ini, Guru Marzuki bin Mirshod Cipinang Muara menerima pendirian NU di tanah Betawi dan ia menjadi pendiri dari NU jabatan NU kepada Guru Marzuki bin Mirshod Cipinang Muara di tanah Betawi langsung dari Hadhratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari .Permintaan kepadanya tentu tidak sembarangan, mengingat juga pengaruh dan kemasyhurannya sebagai salah satu ulama terkemuka di Betawi saat kitab-kitab yang dikarangnya ada 13 buah, yang dapat dilihat sekarang hanya 8 buah. Kitab-kitab tersebut diantaranya Zahrulbasatin fibayaniddalail wal al-'ajmiyah fii ma'rifati tirof minal alfadzil' fi'ilmil fiqhil fibayaniakhlaqi bani balaghah al-Betawi asiirudzunuub wa ahqaral Isaawi wal ' Silsilah SanadBerikut ini chart silsilah sanad murid Marzuki bin Mirshod dapat dilihat DI SINI.[]Narasumber Budi, NuOnline, Editor SidikRizal
1293 – 1353 H/1876 – 1934 M Nama lengkap beliau adalah “Ahmad Marzuki bin Syekh Ahmad al-Mirshad bin Khatib Sa’ad bin Abdul Rahman al-Batawi”. Ulama terkemuka asal Betawi yang bermazhab Syafi’i dan populer dengan sebutan Guru Marzuki ini lahir dan besar di Batavia Betawi. Ayahnya, Syekh Ahmad al-Mirshad, merupakan keturunan keempat dari kesultanan Melayu Patani di Thailand Selatan yang berhijrah ke Batavia. Guru Marzuki dilahirkan pada bulan Ramadhan tahun 1293 H/1876 M di Meester Cornelis, Batavia. Masa Pertumbuhan dan Menuntut IlmuPada saat berusia 9 tahun, Guru Marzuki ditinggal wafat ayahnya. Pengasuhannya pun beralih ke tangan ibunya yang dengan penuh kasih sayang membina sang putra dengan baik. Pada usia 12 tahun, Marzuki dikirim oleh sang ibu kepada seorang ahli fikih bernama Haji Anwar untuk memperdalam Al-Qur'ân dan ilmu-ilmu dasar bahasa Arab. Guru Marzuki kemudian melanjutkan pelajarannya mengaji kitab-kitab klasik turats dibawah bimbingan seorang ulama Betawi, Sayyid Usman bin Muhammad Banahsan. Melihat ketekunan dan kecerdasan Marzuki-muda, sang guru pun merekomendasikannya untuk berangkat ke Mekah al-Mukarramah guna menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu. Guru Marzuki yang saat itu berusia 16 tahun pun kemudian bermukim di Mekah selama 7 tahun. Guru-guru di HaramainSelama tidak kurang dari 7 tahun, hari-harinya di Tanah Suci dipergunakan Guru Marzuki dengan baik untuk beribadah dan menimba ilmu dari para ulama terkemuka di Haramain. Ulama Haramain yang sempat membimbing Guru Marzuki, antara lain Syekh Muhammad Amin bin Ahmad Radhwan al-Madani w. 1329 H., Syekh Umar Bajunaid al-Hadhrami w. 1354 H., Syekh Abdul karim al-Daghistani, Syekh Mukhtar bin Atharid al-Bogori w. 1349 H, Syekh Ahmad al-Khatib al-Minangkabawi w. 1337 H., Syekh Umar al-Sumbawi, Syekh Mahfuzh al-Termasi w. 1338 H., Syekh Sa’id al-Yamani w. 1352 H, Syekh Shaleh Bafadhal, Syekh Umar Syatta al-Bakri al-Dimyathi w. 1331 H., Syekh Muhammad Ali al-Maliki w. 1367 H. dan lain-lain. Ilmu yang dipelajarinya pun bermacam-macam, mulai dari nahwu, shorof, balaghah maani, bayan dan badi, fikih, ushul fikih, hadits, mustholah hadits, tafsir, mantiq logika, fara’idh, hingga ke ilmu falak astronomi. Dalam bidang tasawuf, guru Marzuki memperoleh ijazah untuk menyebarkan tarekat al-Alawiyah dari Syekh Umar Syatta al-Bakri al-Dimyathi w. 1331 H. yang memperoleh silsilah sanad tarekatnya dari Syekh Ahmad Zaini Dahlan w. 1304 H/1886 M., Mufti Syafi’iyyah di Mekah al-Mukarramah. Dalam disertasi doktoralnya di Fak. Darul Ulum, Cairo University hal. 63 – 66, Daud Rasyid memasukkan Guru Marzuki sebagai salah seorang pakar hadits Indonesia yang sangat berjasa dalam penyebaran hadits-hadits nabi di Indonesia dan menjaga transmisi periwayatan sanadnya. Sistem Mengajar dan Para MuridnyaSesudah kembali ke tanah air, atas permintaan Sayid Usman Banahsan, Guru Marzuki mengajar di masjid Rawabangke selama lima tahun, sebelum pindah dan menetap di Cipinang Muara. Di sinilah ia merintis berdirinya pesantren di tanah miliknya yang cukup luas. Santri yang mondok di sini memang tidak banyak, ditaksir sekitar 50 orang dan terutama datang dari wilayah utara dan timur Jakarta termasuk Bekasi. Cara mengajar Guru Marzuki kepada muridnya tidak lazim di masa itu, yaitu sambil berjalan di kebun dan berburu bajing tupai. Ke mana sang guru melangkah, ke sana pula para murid mengikutinya dalam formasi berkelompok. Setiap kelompok murid biasanya terdiri dari empat atau lima orang yang belajar kitab yang sama, satu orang di antaranya bertindak sebagai juru baca. Sang guru akan menjelaskan bacaan murid sambil berjalan. Setiap satu kelompok selesai belajar, kelompok lain yang belajar kitab lain lagi menyusul di belakang dan melakukan hal yang sama seperti kelompok sebelumnya. Mengajar dengan cara duduk hanya dilakukan oleh Guru Marzuki untuk konsumsi masyarakat umum di masjid. Meskipun demikian, anak-anak santrinya secara bergiliran membacakan sebagian isi kitab untuk sang guru yang memberi penjelasan atas bacaan muridnya itu. Para juru baca itu kelak tumbuh menjadi ulama terpandang di kalangan masyarakat Betawi dan sebagian mereka membangun lembaga pendidikan yang tetap eksis sampai sekarang, seperti KH. Noer Alie pendiri Pesantren Attaqwa, Bekasi, KH. Mukhtar Thabrani pendiri Pesantren An-Nur, Bekasi, KH. Abdul malik putra Guru Marzuki, KH. Zayadi pendiri Perguruan Islam Az-Ziyadah, Klender, KH. Abdullah Syafi’i pendiri Pesantren Asy-Syafi’iyyah, Jatiwaringin, KH. Ali Syibromalisi pendiri Perguruan Islam Darussa’adah dan mantan ketua Yayasan Baitul Mughni, Kuningan-Jakarta, KH. Abdul Jalil tokoh ulama dari Tambun, Bekasi, KH. Aspas tokoh ulama dari Malaka, Cilincing, KH. Mursyidi dan KH. Hasbiyallah pendiri perguruan Islam al-Falah, Klender, dan ulama-ulama lainnya. Selain KH. Abdul Malik Guru Malik, putera-putera Guru marzuki yang lain juga menjadi tokoh-tokoh ulama, seperti KH. Moh. Baqir Rawabangke, KH. Abdul Mu’thi Buaran, Bekasi, KH. Abdul Ghofur Jatibening, Bekasi.Guru Marzuki dan Jaringan Ulama BetawiDalam kajian Abdul Aziz, MA., peneliti Litbang Depag dan LP3ES, Guru Marzuki termasuk eksponen dalam jaringan ulama Betawi yang sangat menonjol di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 bersama lima tokoh ulama Betawi lainnya, yaitu KH. Moh. Mansur Guru mansur dari Jembatan Lima , KH. Abdul majid Guru Majid dari Pekojan , KH. Ahmad Khalid Guru Khalid dari Gongangdia , KH. Mahmud Romli Guru mahmud dari Menteng , dan KH. Abdul Mughni Guru Mughni dari Kuningan-Jakarta Selatan . Guru Marzuki beserta kelima ulama terkemuka Betawi yang hidup sezaman ini memang berhasil melebarkan pengaruh keulamaan dan intelektualitas mereka yang menjangkau hampir seluruh wilayah Batavia Jakarta dan sekitarnya. Jaringan keulamaan yang dikembangkan oleh “enam pendekar-ulama Betawi” hasil gemblengan ulama haramain inilah yang kelak menjadi salah satu pilar kekekuatan mereka sebagai kelompok ulama yang diakui masyarakat dan telah berjasa menelurkan para ulama terkemuka Betawi Guru Marzuki —rahimahullah wa ardhahu— wafat pada hari Jumat, 25 Rajab 1353 H. Pemakaman beliau dihadiri oleh ribuan orang, baik dari kalangan Habaib, Ulama dan masyarakat Betawi pada umumnya, dengan shalat jenazah yang diimami oleh Habib Sayyid Ali bin Abdurrahman al-Habsyi w. 1388/1968 . Di masa hidupnya, Guru Marzuki dikenal sebagai seorang ulama yang dermawan, tawadhu’, dan menghormati para ulama dan habaib. Beliau juga dikenal sebagai seorang sufi, da’i dan pendidik yang sangat mencintai ilmu dan peduli pada pemberdayaan masyarakat lemah; hari-hari beliau tidak lepas dari mengajar, berdakwah, mengkaji kitab-kitab dan berzikir kepada Allah swt. Salah satu biografi beliau ditulis oleh salah seorang puteranya, KH. Muhammad Baqir, dengan judul Fath Rabbil-Bâqî fî Manâqib al-Syaikh Ahmad al-Marzûqî.
.Syekh Ahmad Marzuki Mirshod. Syekh Ahmad Marzuki merupakan salah satu mahaguru ulama Nusantara yang mempunyai peranan penting dalam dakwah Islam di tanah Betawi Jakarta. Beliau mendapat gelar Guru Marzuki. Syekh Ahmad Marzuki lahir dari pasangan Syekh Ahmad Mirshod dan Hajjah Fathimah binti Haji Syihabuddin Maghrobi Al-Maduri. Ibunya masih memiliki garis keturunan dari Maulana Ishaq Gresik Jawa Timur. Dari jalur ayah, beliau memiliki silisah nasab yang berasal dari bangsawan Melayu Pattani. Nama lengkapnya adalah KH KH Ahmad Marzuki bin Mirsod bin Hasnum bin Khatib Sa’ad bin Abdurrahman bin Sultan Ahmad al-Fathani. Ahmad Marzuki lahir pada malam Ahad 16 Ramadhan 1293 H 1876 M di Rawabangke Rawa Bunga Jatinegara Jakarta Timur. Ayahnya wafat saat dia berusia 9 tahun. Dia belajar agama kepada Habib Utsman bin Muhammad Banahsan pada usia 16 tahun. Sebelumnya, dia belajar al-Quran kepada Haji Anwar. Penimbaan ilmunya dilanjutkan ke Makkah. Guru-guru Syekh Ahmad Marzuki di Tanah Haram antara lain Syayyid Ahmad Zaini Dahlan Mufti Makkah dan Syaikh Muhammad Umar Syatho. Kepulangan ke bumi Nusantara berawal dari sepucuk surat yang diterima Ahmad Marzuki dari Sayyid Utsman. Syekh Ahmad Marzuki merintis dakwah dan mengajar di Kampung Muara. Banyak penduduk setempat memeluk agama Islam dan tidak sedikit santri dari pelbagai daerah berdatangan menimba ilmu kepada beliau. Guru Marzuki mengarang sejumlah kitab dalam bahasa Arab seperti Sabilut Taqlid, Tuhfatur Rahman fi Bayan Akhlaq Bani Akhir Zaman, Sirajul Mubtadi dll. Laqsana Malayang Guru Marzuki juga memiliki kepedulian besar kepada gerakan kebangsaan. Beliau turut berkontribusi dalam mengembangkan Nahdlatul Ulama di tanah Betawi. Syekh Ahmad Marzuki wafat pada Jumat pagi tanggal 25 Rajab 1352 H 1934 M. Shalat Jenazah diimami oleh Habib Ali bin Abdurrohman al-Habsyi Habib Ali Kwitang. Jenazahnya dimakamkan sesudah shalat Ashar. Infografis oleh Ahmad Hudaepi.
kh marzuki bin mirshod